v Raden
Putra diperankan oleh Wisnu Riyadi kls IX D
v Cindelaras
diperankan oleh Demaksi Cendra
Antoni kls IX F
v Permaisuri
diperankan oleh Denis Anggraini
Kusuma Dewi kls IX B
v Selir
diperankan oleh Tri Utami
Nurhidayati kls IX A
v Patih
diperankan oleh Ginanjar
Adi Sasangka kls IX D
v Tabib
diperankan oleh Fajar
Junianto kls
IX E
v Pengawal
1 diperankan oleh Faiz Mubaroq kls IX B
v Pengawal
2 diperankan oleh Mustofa kls IX C
v Rajawali
diperankan oleh Galah Nur Sodiq kls IX E
v Ayam
1 diperankan oleh Ilham Ramadhan
kls IX A
v Ayam
2 diperankan oleh Muntaha Ridwan
kls IX E
v Rakyat
1 diperankan oleh Yusuf Muslim kls IX H
v Rakyat
2 diperankan oleh M. Iqbal Syafi’I kls IX H
v Rakyat
3 diperankan oleh Ananta Galih
Nusantara kls IX D
v Narator
oleh Yulia Enita kls IX A
a
|
lkisah, di daerah Jawa Timur,
tersebutlah sebuah kerajaan bernama Jenggala yang diperintah oleh seorang raja bernama
Raden Putra. Ia didampingi seorang permaisuri yang baik hati dan seorang selir
yang cantik jelita. Tetapi, selir Raja Raden Putra memiliki sifat iri dan
dengki terhadap sang permaisuri. Ia merencanakan sesuatu yang buruk kepada
permaisuri. Ia pun mencari akal untuk menyingkirkan permaisuri.
Adegan 1
Suatu
hari, selir baginda bergegas menuju ke dapur menemui tabib istana yang sedang asyik
meramu obat-obatan.
Selir : Hai tabib,
what are you doing ?
Tabib : (masih asyik meramu obat) Saya sedang meramu
obat-obatan, Nyonya. By the way, what happen Nyonya call me?
Selir : Begini,
tabib. Saya ingin membicarakan sesuatu denganmu, ini penting.
Tabib : Ah, nyonya,
bikin saya penasaran saja. Mendingan langsung to the point aja deh,…
Selir : Hm, begini
tabib. (berbicara setengah berbisik) Kamu
tahu kan kalau aku itu sebeeeel banget sama yang namanya permaisuri itu…dan aku
ingin sekali menyingkirkannya dari istana.
Tabib : Lalu, apa
yang akan Nyonya lakukan?
Selir : Hm, nanti
aku akan berpura-pura sakit parah. Nanti kalau kamu dipanggil Baginda Raja,
kamu bilang saja, ada seseorang yang menaruh racun dalam minumanku.
Tabib : Trus, saya harus
jawab apa dong, ?
Selir : Aduh, kamu
ini ya. Dari tadi ngga mudeng-mudeng…nanyaaaaa mulu… ya kamu jawab saja, permaisuri
yang melakukannya. Mudeng nopo mboten ?
Tabib : (sambil mengangguk tanda mengerti)
O,njeh, njeh, Nyonya.
Selir : Ingat ya,
jangan ada orang lain yang tau masalah ini.
Tabib : Wani piro?
Selir : Owalah,
kamu ini matre banget yah,. Nanti saya kasih fulus deh, kalau rencana ini
berhasil. Dijamin memuaskan. Oke? Ya sudah, saya pergi dulu yah. Mau
mejeng-mejeng dulu… Daaa…(pergi keluar
dapur seraya melambaikan tangan)
Tabib :
Owalaa..Nyonya masih ganjen aja…
Adegan 2
Keesokan
harinya, selir Baginda menjalankan rencana jahatnya.
Raden Putra : Morning, honey…hehehe. (sambil
tertawa kecil kemudian panik melihat keadaan selirnya) Lho, Dinda kenapa?
Dinda sakit yah? Kok pucat sekali…
Selir : (terbata-bata)
Ngga…tau… Kanda. Tiba…-tiba… badan… Dinda… lemas… seperti… ini… (napasnya tersengal-sengal)
Raden
Putra : Haduh gawat nih… sebentar ya,
Dinda. Kanda panggilkan tabib istana dulu.
(memanggil tabib setengah
berteriak) Tabib, tabib…. Come here please… be quick!! (tak lama kemudian tabib pun datang)
Tabib : Ada apa
Baginda? Kalau ada perlu, jangan lama2 ya, saya sedang merebus ramuan nih
Baginda, nanti mbok gosong.
Raden Putra : Halah, sok penting banget kamu.. Hei tabib, kok istriku pucat sekali
seperti ini ya? Coba periksa dong…
Tabib : Baik,
Baginda. (tabib kemudian memeriksa selir
Baginda Raja)
Raden Putra : Bagaimana keadaannya, tabib ?
Tabib : Begini,
Baginda. Sepertinya ada yang menaruh racun dalam minuman Nyonya.
Raden Putra : O, tidak mungkin, (bingung) siapa yang tega melakukan itu,
tabib ?
Tabib : (berbicara dalam hati) {Hm, bilang gak
ya? Bilang gak ya? Tapi nanti kalo nggak bilang, nanti Nyonya marah sama saya.
Trus saya gak jadi tabib lagi dong di sini. Diusir..?? O, tidak. Sebaiknya saya
bilang saja yang Nyonya perintahkan. Ampun Baginda. Kalau tidak salah, tadi
saya melihat Nyonya Permaisuri pergi ke dapur. Tingkah lakunya aneh. Jalannya
juga mengendap-endap, Baginda.
Raden Putra : (kaget,geram dan murka) Apa ? Permaisuri ? (memanggil patihnya) Patih !!!
Patih : (menghadap Baginda dengan tergesa-gesa) Ya,
ada apa Baginda ?
Raden Putra : Panggil Permaisuri menghadap. Cepat !! (lalu patih memanggil Permaisuri. Tak lama kemudian mereka pun datang
menghadap raja)
Permaisuri : Ada apa Kanda?
Raden Putra : Apa benar Dinda telah
meracuni Dinda selir sehingga ia sakit parah seperti ini?
Permaisuri : Apa????!! Tidak
mungkin Kanda. Dinda tidak mungkin melakukan perbuatan sekeji itu.
Selir : (bangun dari tempat tidurnya seolah2 tidak
sedang sakit) Tidak mungkin, Kanda!! Pasti Yunda Permaisuri yang ingin
menyingkirkan saya dari istana..
Raden Putra : Lho, Dinda kan lagi
sakit..kok bisa bangun?
Selir : Oiya
yah…lupa…
Raden Putra : Patih, sini sebentar…(berbisik
pada Patih dan menyuruhnya agar membuang Permaisuri ke hutan.)
Patih : (kaget mendengar perintah Raja) Lho
Baginda, kok main buang2 gitu sih ? kayak mbuang sampah aja.. Memangnya
Permaisuri salah apa Baginda ?
Raden Putra : Dia sudah meracuni
selirku, Patih. Dia tidak pantas tinggal di sini. Perilakunya tidak
mencerminkan sebagai seorang permaisuri.
Patih : Ta…ta…tapi,
Baginda …
Raden Putra : (tidak mau tahu) Ah, sudahlah, cepat laksanakan perintahku !! Oiya,
satu lagi…
Patih : (berbalik kepada raja) Nopo malih Ndoro
?
Raden Putra : Ga pake lama yah !!
Patih : Oke, sendiko
dawuh, Ndoro.
Raden Putra : Oya, tunggu dulu…
Patih : (berbalik lagi kepada raja) Aduh…ada apa
lagi sih, Baginda? Kalo perintah, sekalian napa..
Raden Putra : Sekalian saja kamu bunuh
dia dan bawa darahnya ke hadapanku !!
Patih : Sipp lah, (patih pun segera melaksanakan perintah
raja)
Patih : (menarik paksa permaisuri) Permaisuri,
ayo ikut saya sekarang!
Permaisuri : (mencoba melepaskan
diri dari Patih) Paman, ada apa ini ? Mengapa paman menyeretku paksa
seperti ini? Untuk apa saya dibawa ke hutan ?
Patih : Sudahlah
Permaisuri, nanti saya jelaskan. Yang penting sekarang permaisuri ikut saya
dulu. (patih membawa permaisuri ke hutan)
Adegan 3
Sang patih pun segera membawa Permaisuri ke hutan belantara. Sesampainya di hutan….
Permaisuri : Paman, apakah kau
percaya dengan apa yang dikatakan Dinda selir?
Patih : Tidak,
Permaisuri !! tidak ! Saya tahu, Permaisuri tidak mungkin melakukan hal itu.
Permaisuri : Sungguh, Paman
mempercayai saya?
Patih : Sungguh,
Permaisuri.
Permaisuri : Terimakasih ya, Paman
sudah mau mempercayai saya.
Patih : Permaisuri, Sebenarnya Baginda Raja menyuruh hamba
untuk membuang dan membunuh permaisuri… kemudian membawa darahnya ke istana..
Permaisuri : Lalu, apa yang akan
paman lakukan sekarang?
Patih : Ya membunuh
permaisuri lah …
Permaisuri : Aduh, jangan deh
Paman…plis…cuplis..
Patih : Nggak, nggak. Saya cuma bercanda doang kok. Jangan
khawatir, permaisuri. Hamba tidak akan membunuh permaisuri, kok. Karena saya
tahu, ini pasti kerjaannya si selir Baginda yang licik dan ganjen itu…dialah
yang menyusun rencana ini untuk menyingkirkan permaisuri…
Permaisuri : Tapi, bagaimana jika
nanti Baginda Raja menanyakan darahku itu… Bagaimana Paman menjawabnya?
Patih : Ooo…kalau itu
ngga usah khawatir, permaisuri. Nanti hamba yang mengurusnya. Oke ??
Permaisuri : Baiklah kalau begitu.
Untuk
mengelabui raja, sang patih melumuri kerisnya dengan darah kelinci yang
ditangkapnya. Setelah semua urusan selesai, Patih pun kembali ke istana.
Adegan 4
Raden Putra : (mondar-mandir sseperti orang kebingungan, kemudian ia melihat patih
datang. Raja senang sekali melihat kedatangan patih) Bagaimana Patih? Apa
kamu sudah membunuh Permaisuri?
Patih : Sudah
Baginda. (menyodorkan keris yg telah
dilumuri darah) Ini darah yang Baginda minta. Saya sengaja melumuri keris
saya dengan darah permaisuri.
Raden Putra : Baik, Patih. Good job. Well
done. (mencium keris sang patih)
Tapi, kayaknya kok saya kenal sekali baunya ya?……
Patih : Ya iyalah,
baginda. Wong itu darah permaisuri baginda.
Raden Putra : Bukan begitu, Patih.
Baunya seperti…..darah kelinci...!!
Patih : Ah, yang
bener Baginda… ngga mungkin lah, itu darah permaisuri tulen kok, lha wong saya
sendiri yang membunuhnya.
Raden Putra : Oh, begitu yah, ya
sudah, thank you so much, Patih
Patih : You’re
welcome, Baginda.
Tanpa
disadari, ternyata selir Raden Putra dan tabib istana menguping pembicaraan
antara Patih dan Raden Putra.
Selir : (tertawa) Hihihihihi…akhirnya,
tabib, kita berhasil menyingkirkan permaisuri dari istana ini. Aku senaaaaang
sekali…tau nggak sih?
Tabib : Iya, saya juga senang dapat membantu Nyonya.
Ngemeng-ngemeng, saya dapat imbalan nggak nih, Nyonya? Kemaren katanya saya mau
dikasih fulus …
Selir : Oh,
Pastinya donk,. ayo, ikut saya. Kita rayakan kemenangan kita. Oke?
Tabib : Oke Nyonya.
Selir : Tos dulu…(selir dan tabib kemudian tos bersama)
Nah, gitu dong. Well, kita let’s go sekarang. Come on !!
Adegan 5
Raden Putra pun mempercayai apa yang dikatakan Patihnya. Sementara itu, setelah beberapa bulan berada di hutan, lahirlah anak sang permaisuri. Bayi itu diberinya nama Cindelaras. Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas dan tampan. Sejak kecil ia sudah berteman dengan binatang penghuni hutan. Suatu hari, ketika sedang asyik bermain, seekor rajawali datang dan menjatuhkan sebutir telur.
Cindelaras : (melihat seekor rajawali datang) Wah, ada burung besar….telur apa
ya yang dia bawa itu..?
Rajawali : Haduh, Cindelaras,
aku ini Rajawali, bukan burung besar…masa lupa sih??
Cindelaras : Hehe. Piss bro!! Btw, rajawali, telur apa yang kau jatuhkan
ini?
Rajawali : Itu telur untukmu,
Cindelaras.
Cindelaras : Buat aku? Tapi, telur
apakah itu? (melihat-lihat telur yg
diberikan oleh rajawali)
Rajawali : Ya telur ayam lah,
Cindelaras. Masa udah lama tinggal di hutan ngga bisa mbedain telur ayam sama
telur yang lainnya? Kamu ini bagaimana sih, Cindelaras?
Cindelaras : Oiya ya... Maaf,
rajawali. Tapi, kamu baik sekali deh Rajawali, mau memberikan telur itu
untukku.
Rajawali : Ah, biasa aja lah,
Cindelaras. Nanti aku jadi ge-er lho…
Cindelaras : Yayaya, trus, apa
yang harus aku lakukan dengan telur itu, Rajawali?
Rajawali : Kamu engkremi saja
Cindelaras. Tunggu aja sampe 3 minggu. Nanti juga menetas kok.
Cindelaras : Rajawali, kamu itu
ngga tau ya? Aku itu ngga berbakat ngengkremi. Yang ada telurnya malah pada
pecah lagi…gimana kalo pake bohlam aja yah?
Rajawali : Cindelaras,
Cindelaras. Aku boongin mau juga. Ya ngga bisa menetas lah kalo kamu yang
ngengkremi. Kamu tunggu saja sampai telur itu menetas. Setelah itu, rawatlah
dengan baik. Oke, Cindelaras?
Cindelaras : Baiklah kalo begitu,
Rajawali. Sekali lagi Makasih ya.
Rajawali : Sama-sama,
Cindelaras. Oiya, satu lagi. Besok kalo ayamnya udah gede, ati2 ya,..
Cindelaras : Memangnya kenapa?
Rajawali : Mbok ditablung…
haha…
Cindelaras : Ya enggak lah…
Rajawali : Hmm, Cindelaras. kayaknya
aku harus pergi dulu nih.
Cindelaras : Emang mau kemana?
Rajawali : Mau patroli udara dulu…ntar dimarahin ma Briptu Norman…daaa… (terbang meninggalkan Cindelaras)
Cindelaras : Hati-hati ya,
Rajawali…Salam buat Briptu Norman…(melambaikan tangannya ke arah rajawali)
Adegan 6
Setelah
3 minggu, telur itu menetas.
Ayam 1 : Akhirnya aku
menetas juga… Alhamdulillah… masa, tiap hari saya diengkremi terus sama si
Cindelaras. Walaupun sebentar, tapi kan…. Ihhh… bau tau !!
Cindelaras
memelihara anak ayamnya itu dengan rajin. Anak ayam itu tumbuh menjadi seekor
ayam jantan yang gagah dan kuat. Suatu hari, ketika sedang asyik menyiapkan
makan untuk ayamnya, Cindelaras mendengar kokok ayamnya yang aneh. Bunyi kokok
ayam jantan itu sungguh menakjubkan!
Ayam
I : Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, rumahnya di
tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra…”
Cindelaras : (kaget mendengar suara kokok ayam tersebut) Hah, bunyi kokok apa
tadi barusan? Kokoknya aneh sekali,…(Cindelaras
lalu pergi menemui ibunya. Ia melihat ibunya sedang duduk termenung dan sedih.)
Cindelaras : Wah, Sepertinya Bunda
sedang sedih. Okelah kalau begitu. Laras akan menghibur Bunda. (Cindelaras kemudian menghampiri ibunya, dan
menyanyikan lagu Chaiyya Chaiyya. Cindelaras dan ibunya pun bernyanyi dan
menarik bersama.)
Cindelaras : Laras lihat, Bunda
sedang sedih. Apa yang Bunda pikirkan?
Permaisuri : bunda hanya teringat
dengan ayahmu, Laras..
Cindelaras : (bingung) Ayah Laras?
Permaisuri : ya, Raden Putra.
Cindelaras : (terkejut) Raden Putra?
Permaisuri : iya, memang ada apa
sih Cindelaras?
Cindelaras : Apa Bunda mendengar
kokok ayam yang terdengar barusan?
Permaisuri : Iya, Laras. Tapi,
kokok ayam siapa itu? Kedengarannya aneh sekali…
Cindelaras : Itu kokok ayam jantan
Laras, bun.
Permaisuri : (kaget) Benarkah?
Cindelaras : nah, sekarang maukah
bunda menceritakan tentang ayah Laras itu ?
Permaisuri : Baiklah, Bunda akan
menceritakan semuanya, Nak. Sebenarnya Raden Putra itu ayahmu, Nak. Dulu, ibu
difitnah telah meracuni ibu selir. Lalu ayahmu membuang Bunda ke hutan. Waktu
itu ibu sedang mengandungmu, Nak.
Cindelaras : Laras ngga yakin
kalau Bunda tega meracuni ibu selir. Pasti ada yang mempunyai rencana jahat
untuk menyingkirkan Bunda.
Permaisuri : Memang, Nak. Itu
semua rencana ibu selir yang iri pada Bunda.
Cindelaras : Bu, dimana ayahanda
Raden Putra sekarang? Aku ingin menemuinya dan membeberkan semua kejahatan
ibunda selir kepada ayahanda…
Permaisuri : (ragu2 dg perkataan Cindelaras) Apa kamu yakin, Laras?
Cindelaras : (berkata dg penuh percaya diri) Laras yakin, Bun. Tolong ijinkan
Laras pergi. Laras juga akan membawa ayam jantan kesayangan Laras itu.
Permaisuri : Baiklah, Bunda
mengijinkanmu pergi. Sekarang ayahandamu berada di istana Jenggala, nak. Satu
lagi, ini selendang pemberian ayahmu kepada Bunda. Bawalah selendang ini. Jika
Laras bertemu dengan ayah, berikanlah selendang ini. Pasti ayahmu percaya kalau
kamu itu anak Bunda. Ya sudah, sekarang Laras boleh pergi. Hati-hati ya, Nak.
Cindelaras : Ya, Bun.
Adegan 7
Setelah
di ijinkan ibundanya, Cindelaras pergi ke istana ditemani oleh ayam jantannya.
Ketika dalam perjalanan ada beberapa orang yang sedang menyabung ayam.
Cindelaras kemudian dipanggil oleh para penyabung ayam.
Rakyat I : Heh, siapa sih
anak kecil itu…kamu tau nggak?
Rakyat II : Aku juga baru liat
anak itu.
Rakyat I : Wah, dia bawa ayam tuh. Keliatannya ayam itu bagus juga.
Bodynya oke. Gimana kalau kita tawari dia untuk menyabung ayamnya dengan ayamku
ini. Bagaimana ?
Rakyat II : Oke. Ide yang
bagus.
Rakyat I : Hei, bocah, siapa kau?
Cindelaras : Saya Cindelaras.
Rakyat I : Anak siapa kamu?
Dan dari mana hah?
Cindelaras : Saya putra Baginda
Raja dari Permaisuri. Saya dari hutan, Tuan.
Rakyat II : Permisuri Raja ?
dari hutan? Hahaha… berarti anaknya raja hutan dong…
Cindelaras : Ya, terserah deh,
Tuan2 ini mau ngomong apa.
Rakyat I : (menantang
Cindelaras) Hey, kalau berani, adulah ayammu itu dengan ayam saudaraku ini.
Kita lihat, ayam siapa yang lebih kuat..
Cindelaras : Hm, bagaimana ya…? Ya
sudahlah, saya setuju. Mari…akan saya
layani dengan senang hati…
Rakyat II : (berteriak kepada ayamnya) Ayo ayamku,
kalahkan ayam si bocah ingusan itu!
Rakyat I : Ayo…ayo…jangan mau
kalah !!
Rakyat II : Libas ayam si
Cindelaras itu!! Ayo…!!
Kedua
ayam pun mulai beradu kekuatan. Ketika diadu, ternyata ayam jantan Cindelaras
bertarung dengan perkasa. Dan dalam waktu singkat, ia dapat mengalahkan
lawannya.
Rakyat II : (tercengang)
Hey, Laras, kamu kasih jamu apa sih ke ayammu?
Cindelaras : Hm, apa yah? Telor
ayam, madu, jahe, susu, jamu kuat, trus saya bawa ke tempat fitness juga…
Rakyat I : (tidak
percaya) Ah, yang bener kamu, masa ayam makan telor ayam? Terus, emang ada
tempat fitness ayam? Kalo ada, kasih tau dong. Kita juga mau, ngajak ayam2 kita
yang lain buat fitness di situ.
Cindelaras : Waduh, tuan2 ini. Ya
ngga ada lah, tempat fitness ayam. Saya kan cuma becanda. Justkid, justkid. Sebenernya
ngga saya apa-apakan tuh ayam. Cuma saya engkremi tok.
Rakyat I : Oh, begitu yah. Besok kalo ayamku bertelur,
berarti harus aku sendiri ya, yang ngengkremi. Biar ayamnya kuat seperti ayammu
itu.
Cindelaras : hehehe.
Rakyat II : Ayammu benar2 hebat. Ayam andalan saya saja
sampai mati tuh…
Rakyat I :
Benar, Cindelaras. Ayammu memang... spektakuler !!
Adegan 8
Berita tentang kehebatan ayam Cindelaras tersebar dengan cepat. Raden Putra pun mendengar berita itu. Kemudian, Raden Putra menyuruh patihnya untuk mengundang Cindelaras.
Patih : Hamba
menghadap. Ada apa Baginda?
Raden Putra : Hm, begini. Saya dengar
ada seorang anak laki-laki yang mempunyai ayam jantan yang sangat tangguh dan
tak terkalahkan. Namanya Cindelaras. Bisakah Paman mengundangnya ke sini?
Patih : Oh, begitu,
Baginda. Baik, akan hamba laksanakan. (patih
pun segera melaksanakan perintah raja. Tetapi ia malah memanggil pengawal)
Patih :
Pengawal….sini dong…
Pengawal I : Oh ya, ada apa Patih?
Patih : Begini lho.
Saya disuruh baginda Raja mencari seorang anak laki2 yg mempunyai ayam jantan
tangguh dan tak terkalahkan bernama Cindelaras.
Pengawal II : Trus, ada apa Patih
memanggil kami berdua? Kan Patih yang disuruh, kenapa kami yang harus nyari?
Gimana sih?
Patih : Lho, saya
kan Patih di sini. Saya juga berhak dong menyuruh kalian. Kalo ada kalian,
kenapa saya harus repot2 nyari? Iya kan? Lagian, saya itu sudah tua,
uhuk..uhuk..uhuk…dan sering sakit2an, jadi, tolong dong, carikan anak itu…hehe
Pengawal II : Haduh, patih ini
nyebelin banget sih yah…
Pengawal I : Ya sudahlah, prend.
Ayo, kita cari si Cindelaras itu.
Patih : Saya tunggu
ya. Bye..
Para
pengawal lalu bergegas untuk mencari Cindelaras. Tidak jauh dari istana,
terlihatlah dua orang pemuda yang tadi beradu ayam dengan Cindelaras. Para
pengawal mengira jika salahsatu di antara mereka adalah Cindelaras.
Pengawal I : Hey, prend, liat tuh !
siapa mereka? Kayaknya mereka abiz sabung ayam deh.
Pengawal II : Iya tuh. Jangan2 salah satu
dari mereka itu adalah Cindelaras.
Pengawal 1 : Tapi kok ayamnya mati
yah? Katanya ayamnya hebat, kok sekarang udah mati? Gimana sih?
Pengawal II : Iya juga sih. Tapi,
kita tanya dulu aja. Siapa tau dia memang Cindelaras. Yuk !! (menghampiri kedua orang itu.)
Pengawal I : Hei, kalian !!
Rakyat I : Ya, ada apa?
Pengawal II : Kamu yang bernama
Cindelaras yah?
Rakyat I : Ya bukan lah…enak
aja..
Pengawal I : Atau jangan2 kamu yah?
Rakyat II : Maning-maning lik,
lik. Inyong iki dudu Cindelaras. Ngerti ora?
Pengawal II : Oh, gitu toh. Trus,
kalian tau nggak, sekarang Cindelaras ada di mana?
Rakyat I : Tuh, di tempat
sabung ayam di desa seberang. Dia baru saja beradu ayam dengan kami.
Pengawal II : Kasian banget tuh ayam,
sampe teler begitu.
Rakyat I : Iya nih..
Pengawal I : Ya sudah, kita pergi
dulu yah. Thank you for your inform. See you…
Para
pengawal pun pergi menuju ke desa seberang tempat Cindelaras beradu ayam.
Sesampainya di tempat adu ayam….
Pengawal II : Eh, daripada kita
capek2 nyari Cindelaras di kerumunan orang2 itu, mendingan kita panggil aja
pake halo-halo, ya nggak?
Pengawal I : Oya…sini. Biar aku aja
yang ngumumin.
Assalamu’alaikum wr.wb.
Panggilan kepada Cindelaras agar segera menuju
pos satpam. Terimakasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Mendengar
pengumuman tersebut, Cindelaras lalu bergegas menemui para pengawal kerajaan.
Cindelaras : (celingak celinguk kanan kiri) Mana yang manggil yah? Kok nggak
keliatan? Pengawal II : Heh bocah, kami disini tau...
Cindelaras : O, di situ toh…maap,
map. Kalo boleh tau, Paman berdua ini siapa?
Pengawal I : Saya Ajiz..
Pengawal II : Saya Gagap…
Pengawal : Kami…Aziz Gagap…
Cindelaras : O, begitu ya. Ada apa
Paman memanggil saya?
Pengawal II : Baginda Raja menyuruh kami untuk memanggil kamu ke istana.
Konon katanya, kamu punya ayam jantan yang tangguh dan tak terkalahkan,
benarkah itu?
Cindelaras : Benar, Paman. (berkata dengan bangga sambil memperlihatkan
ayamnya) Inilah ayam jantan kebanggaan saya.
Pengawal I : Hm, ya sudah kalau
begitu. Ayo, cepat kita ke istana, baginda sudah menunggumu.
Sesampainya
di istana, pengawal segera menemui Patih untuk memberitahu bahwa Cindelaras
sudah ditemukan.
Pengawal II : Permisi Paman Patih,
Patih : Ya,..apa
kalian sudah menemukan Cindelaras?
Pengawal I : Wah, ya sudah dong,
Patih. Ini dia.
Cindelaras : Cindelaras, Paman.
Patih : Wah, senang
sekali bisa bertemu denganmu, nak. Nah, sekarang kan Cindelaras nya sudah
ketemu, mari Cindelaras, kita menemui Baginda raja. Dan kalian pengawal,
kembali ke pos jaga. Saya mau mengantar Cindelaras dulu.
Pengawal : Baik, Patih.
Patih bersama Cindelaras dan ayamnya
pun segera menemui Raden Putra.
Patih : Baginda, ada
yang ingin menemui Anda.
Cindelaras : (menghaturkan sembah di hadapan raja) Hamba menghadap paduka.
Raden Putra : Siapa ini, Patih? Anak
ini tampan dan cerdas. (berkata dalam
hati) {sepertinya ia bukan keturunan rakyat jelata.}
Patih : Inilah
Cindelaras yang Paduka maksud.
Raden Putra : Ooo…jadi ini anaknya…hm,
Cindelaras, maukah kau mengadu ayammu dengan ayam-ayamku?
Cindelaras : Hamba menurut saja,
Paduka.
Raden Putra : Tapi… ada syaratnya…
Cindelaras : Apa Baginda?
Raden Putra : Jika ayammu kalah maka
kau harus bersedia jika kepalamu dipancung, tetapi jika ayammu menang maka
setengah kekayaanku menjadi milikmu. Bagaimana, Cindelaras?
Cindelaras : hah?? dipancung??
atut… Tapi, ya sudahlah, ndak apa-apa, Baginda.
Raden Putra : Mari kita menuju ke
arena pertandingan. Kita adu ayam itu sekarang juga. Saya sudah tidak sabar
melihat seberapa kuat ayammu itu.
Cindelaras : Baik, baginda.
Adegan 9
Dua ekor ayam itu bertarung dengan gagah berani. Tetapi dalam waktu singkat, ayam Cindelaras berhasil menaklukkan ayam sang Raja. Para penonton bersorak sorai mengelu-elukan Cindelaras dan ayamnya.
Raden Putra : Baiklah aku mengaku
kalah. Aku akan menepati janjiku. Tapi, siapakah kau sebenarnya, anak muda?
Cindelaras : (segera membungkuk seperti membisikkan sesuatu pada ayamnya. )
Ayam I : Kukuruyuk…
Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden
Putra…,( ayam jantan itu berkokok
berulang-ulang. )
Raden Putra : (terperanjat mendengar kokok ayam Cindelaras.) Benarkah itu
Cindelaras ?
Cindelaras : Benar Baginda, nama
hamba Cindelaras, ibu hamba adalah permaisuri Baginda.
Raden Putra : Jika kau benar-benar
putraku, mana buktinya?
Cindelaras : Ini Baginda. Ibunda
memberikan selendang ini kepada saya untuk diperlihatkan kepada baginda.
Raden Putra : (berkata dalam hati) {Ternyata benar, ini selendang Dinda
Permaisuri. Aku ingat, aku memberikan selendang ini sewaktu ia berulang tahun
dulu.}
Patih : (tiba-tiba Patih datang menghadap raja) Ampun
Baginda, hamba ingin berbicara sesuatu.
Raden Putra : Ada apa Patih?
Patih : Sesungguhnya
semua yang anak ini katakan benar adanya.
Raden Putra : Bagaimana ini bisa
terjadi, Patih?
Patih : Dahulu selir
Baginda lah yang memfitnah permaisuri agar permaisuri diusir dari istana dan ia
ingin menguasai semuanya sendirian. Selir Baginda bersekongkol dengan tabib
istana. Dan waktu Baginda menyuruh hamba membunuh permaisuri, sesungguhnya
darah yang hamba serahkan adalah darah kelinci, bukan darah permaisuri. Maafkan
saya Baginda..
Raden Putra : Oh, tidak Patih, kau
tidak salah. Jika memang begitu kejadian sebenarnya, aku sangat berterimakasih
kepadamu karena kau telah melindungi putra dan permaisuriku selama ini.. Karena
aku telah melakukan kesalahan, aku akan memberikan hukuman yang setimpal pada
selirku..
Pengawal,
cepat panggil selirku dan tabib istana !!
Pengawal : Baik, baginda.
Selir : Kanda, ada
apa ini?
Tabib : Iya, Baginda.
Saya mau diapakan ini?
Raden Putra : Sekarang, mendingan kalian ngaku saja. Kalian kan yang berusaha
memfitnah permaisuri dan menuduhnya bahwa ia telah meracunimu, Dinda? Dan kau
bersekongkol dengan selirku, tabib? Ayo, jawab !!
Tabib : Ampun..ampuni
saya baginda…
Selir : Bukan…Bukan Dinda, Kanda…Sumpeh ane zuzur…
Raden Putra : Sudahlah Dinda…tidak
usah mengelak lagi. Semuanya sudah jelas. Pengawal, cepat seret kedua orang ini
ke LP Cipinang, atau nggak, ke LP Nusa Kambangan lah! Ga pake lama !!
Pengawal : Sipp lah, boss…
Raden Putra : Cindelaras putraku,
dimana Bundamu sekarang, Nak?
Cindelaras : Ibunda masih di
hutan, Ayah…
Raden Putra : Ayahandamu ini sudah
kangeeeeeeen sekali dengan Bundamu, Nak. Kamu bisa ngga nganterin Ayah bertemu
Bunda?
Cindelaras : Sipp deh, yah.
Adegan 10
Cindelaras
lalu mengantar ayahandanya menuju ke gubuk tempat tinggal ibunya di hutan.
Sesampainya di sana…
Cindelaras : (mengetuk pintu rumah) Assalamu’alaikum, spada, Bunda, Laras pulang
bun…
Permaisuri : Laras, kamu sudah
pulang Nak? (membuka pintu dan heran
dengan kedatangan suaminya) Kanda…
Raden Putra : Dinda… akhirnya kita
bisa bertemu kembali.. maafkan semua kesalahanku ya, Dinda. Aku telah keliru
menuduhmu. Dan aku telah…
Permaisuri : Ssssttt, sudahlah Kanda.
Tidak papa. Dinda sudah memaafkan kok. Dinda tau, apa yang sebenarnya terjadi.
Raden Putra : Terimakasih, Dinda. Baiklah, sekarang sudah tidak ada orang
lagi yang mengganggu kehidupan kita.. Ayah yakin kita pasti akan hidup bahagia
selamanya… ya kan, Dinda, Laras?
Permaisuri : hmm….
+Cindelaras
Raden
Putra pun segera memeluk permaisuri dan putranya. Akhirnya Raden Putra,
permaisuri dan Cindelaras dapat berkumpul kembali. Setelah Raden Putra
meninggal dunia, Cindelaras menggantikan kedudukan ayahnya. Ia memerintah
negerinya dengan adil dan bijaksana.